Selasa, 31 Juli 2012

Sikap Ilmiah (scientific attitude)


Sikap Ilmiah (scientific attitude)
Sikap ilmiah yang dimaksudkan di sini adalah bagaimana perilaku keseharian yang ditunjukan oleh seorang peneliti atau ilmuwan dalam proses mempelajari, melaksanakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Sikap adalah jelmaan konsep dan prinsip yang tertanam dalam jiwa seseorang. Jiwa  yang penuh dengan konsep dan prinsip yang kokoh akan membentuk prilaku yang ditunjukan seseorang dalam keseharian gerak kehidupannya baik ucapan maupun perbuatan terhadap diri sendiri maupun juga orang lain atau masyarakat luas bahkan juga terhadap alam semesta. Jiwa yang membimbing pribadi untuk senantiasa selaras dalam harmoni alam semesta.
Sikap ilmiah secara  waktu dan tempat penggunaan dapat dibagi kepada dua  yaitu;
A.      Sikap dan prilaku dalam Proses Keilmuan
Maksudnya adalah ketika seorang melakukan penelitian atau mempelajari ilmu harus lah mengikuti kaidah-kaidah keilmuan agar tidak terjadi bias dan kesalahan dalam membuat keputusan keilmuan yang menghasilkan teori atau hukum. Dengan demikian jika kaidah ini diabaikan maka sudah pasti teori yang dihasilkan akan menjadi lemah dan salah dipergunakan serta tidak dapat dipertanggungjawabkan. Bahkan bisa menjadi prejudice dan kumpulan asumsi belaka yang tidak dibangun di atas proposisi yang kuat dan pembuktian melalui validitas dan reliabilitas yang terukur secara empiris pula.
Sebaliknya jika kaidah tersebut diikuti dengan benar maka proses keilmuan yang dilaksanakan bisa dipertanggungjawabkan meskipun teori yang dihasilkan bersifat lemah.
Telah diketahui bahwa tingkat kebenaran ilmu ditentukan oleh validitas dan reliabilitas yang keduanya terkadang berpulang kepada si peneliti atau ilmuwan sendiri sebagai subjek. Bagaimana si peneliti atau ilmuwan harus menguasai dan mengendalikan sumber-sumber kelemahan/kesesatan validitas dan reliabilitas, baik yang bersumber dari luar dirinya, muapun yang bersumber dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu, untuk tujuan tersebut, banyak cendikiawan ilmu mengajukan unsur-unsur bagi peneliti atau ilmuwan tentang sikap ilmiah atau (scientific attitude) yang harus dimiliki dan menjadi ciri bagi peneliti. Secara pokok ada lima hal yang mencirikan sikap tersebut (meskipun ada pula yang menambahkan budi pekerti lainnya). Kelima hal tersebut adalah:
1.    Sikap ingin tahu (curiosity) yaitu sikap bertanya/penasaran (bukan sok tahu) terhadap sesuatu karena mungkin ada hal-hal/bagian-bagian/unsur-unsur yang gelap, yang tidak wajar, atau ada kesenjangan. Hal ini bersambung dengan sikap-sikap skeptis, kritis tetapi objektif dan free or not from etique?
2.      Skeptis (ragu-ragu) yaitu bersikap rag-ragu terhadap pernyataan yang belum terukur yang belum cukup kuat dasar-dasar pembuktiannya.
3.      Kritis yaitu cakap menunjukkan batas-batas suatu soal, mampu membuat perumusan masalah, mampu menunjukkan perbedaan dan persamaan sesuatu hal dibandingkan dengan yang lainnya (komparatif), cakap menempatkan sesuatu pengertian pada kedudukannya yang tepat.
4.       Objektif yaitu mementingkan peninjauan tentang objeknya, pengaruh subjek perlu dikesampingkan meskipun tidak sepenuhnya. Dengan kata lain, memang tidak mjungkin mencapai objektifitas yang mutlak.
5.       Free from etique? Yaitu memang benar bahwa ilmu itu monologis, artinya mempunyai tugas menilai apa yang benar dan apa yang salah. Namun apakah tidak sebaiknya memperhatikan etika? Artinya memperhaitkan pula apa yang baik dan apa yang buruk bagi kemanusiaan. “scence is not only for science but also for people”. Mungkin masih ingat pula pandangan Eisntein terhadap ilmu yang harus normatif. Science without religion is blind, religion without science is lame.

Demikianlah panca sikap ilmiah pokok dalam rangka mencari ilmu positif. Selain itu banyak pula ilmuwan yang menambahkan lagi seperangkat budi pekerti yang melengkapi sikap ilmiah tersebut seperti:
Tabah hati yaitu sabar dan tawakkal dalam segala kesukaran
Keras hati yaitu berminat/berhasrat dan bersemangat
Rendah hati yaitu seperti ilmu padi semakin berisi semakin merunduk
Jujur yaitu tidak melakukan apa yang salah/buruk, melainkan mengamalkan apa yang benar dan apa yang baik.
Toleran yaitu menenggang/menghargai pendapat/penadangan/pikiran orang lain meski bertentangan dengan pendiriannya, kemudian berupaya untuk mencapai mufakat/kesamaan pandang.
Mungkin perlu ditambah lagi dengan rajin dan tekun, riang dan gembira, suci dalam pikiran dan perkataan dan perbuatan, dan atau sehat rohani dan jasmani dan sebagainya. Semuanya itu biasanya mudah diucapkan tetapi kurang dirasakan dan sulit dilaksanakan.
Dalam Filsafat ilmu, metode penelitian dipelajari bukan hanya sekedar sebagai ilmu, melainkan sebagai alat untuk melakukan penelitian ilmiah. Sebagaimana lazimnya suatu alat, tidak akan bermanfaat jika tidak digunakan, bahkan alat tersebut tidak akan berkembang sesuai dengan perkembangan objeknya.
B.      Sikap ilmiah keseharian seorang ilmuwan setelah menghasilkan teori atau menjadi imuwan
Ilmu adalah bersumber dari Tuhan. Apa-apa yang diperoleh di dunia empiris sebagai hasil dari proses keilmuan hanyalah bagian kecil dari pengetahuan dan ilmu Tuhan kepada manusia. Begitu luasnya ilmu Tuhan sehingga manusia tidak sanggup memahami keseluruhan fenomena kehidupan yang bergerak dinamis. Hari ini misalnya teori A berhasil memcahkan suatu fenomena alam tetapi esok hari muncul lagi teori B yang dihasilkan dari fenomena yang sama dengan dinamika yang berbeda pula.
Berkembangnya ilmu tidak terlepas dari dinamisnya alam yang menyebabkan konsep dan pemikiran manusia juga berkembang. Semuanya itu tidak mampu menuntaskan hasrat pengetahuan manusia terutama berhadapan dengan dinamisnya alam semesta raya.
Dengan demikian disadari bahwa Tuhan merupakan pengatur dan pemilik pengetahuan yang sesungguhnya dan hanya sebagian kecil yang dianugerahkan kepada manusia untuk menghadapi dinamisnya alam dan kehidupannya.
Berdasarkan hal itulah maka sikap keilmuan seseorang yang berilmu pengetahuan harus berpijak dari konsep bahwa ilmu pengetahuan yang dimilikinya hanyalah setitik dari luasnya imu Tuhan.
Jika konsep ini dipahmai dan diyakini dengan teguh maka akan menlahirkan sikap imuwan yang senantiasa mangcu kepada nilai ketuhanan dan mendasari semua tindak tanduknya atas dasar nilai agama.
Diantara sikap ilmuwan yang mengacu kepada konsep di atas adalah:
1.       Senantiasa Dekat dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan
Oleh karena dengan ilmunya semakin disadari betapa ketidakmmapuannya dihadapan fenomena dan dinamisnya alam sebagai jelmaaan dari ilmu Tuhan yang Maha kaya dan Luas.
Seorang yang berilmu menyadari sepenuhnya bahwa semakin banyak ilmu yang diperoleh semakin membuktikan bahwa Tuhan semakin dekat dengandirinya. Orang yang berilmu menjadi dekat kepada Tuhan dalam arti ketundukkan dan pembuktian adanya Tuhan.
Orang berilmu membuktikan adanya Tuhan dengan imunpengetahuannya. Semakin berilmu semakin terbukti adanya Tuhan dalam dirinya.
WAMA YAKHSALLAHU MIN ‘IBADIHI ULAMA…
Dan tidaklah orang yang paling takut( mengkui kekuasaan Tuhan) diantara makhluk kecuali Ulama (orang yang berilmu).
Pengertian ulama disini bukan dalam pengertian istilah yang digunakan sehari dalam masyarakat yang menunjukan pengertian sempit sebagai tokoh agama atau orang yang lebih mengetahui agama secara ritual. Tetapi pengertian ulama di sini adalah orang yang berilmu pengetahuan sesuai dengan bidang telaah dan metodologi keilmuannya masing-masing.
2.       Tidak sombong dan membanggakan diri
Kadang-kadang dalam kehidupan sehari sering ditemukan kejadian ada seseorang yang memperoleh gelar jenjang pendidikan tertentu katakanlah strata 2 atau magister. Suatu ketika gelar tersebut tidak tercantum di belakang namnya dalam penulisan sebuah surat keputusan kepanitiaan suatu kegiatan di lingkungannya misalnya kegiatan pembagunan gedung serbaguna di desa nya. Melihat hal itu dia menjadi marah dan menyatakan bahwa namanya itu keliru harus ditulis gelarnya karena ilmu pengetahuannya telah berbeda dengan masayarakat lainnya. Dia seakan-akan menunjukan bahwa gelar itu sebagai simbol ketinggian ilmunya dan dia tidak ingin disamakan dengan masyarakat yang tidak memillki gelar.
Padahal  gelar tersebbut  tidak dengan dasar keilmuan dan proses keilmuan yang kuat dalam memperolehnya.
Sebaliknya ketika ada suatu masalah yang perlu dipeecahkan bersama misalnya tentang bagiamana menyelesaikan pembangunan dengan melibatkan semua masayrakat, si ilmuwan tadi malah menghilang dengan alasan yang dibuat-buat.
Itu contoh dari kesombongan ilmu yang sering ditemui dalam bentuk yang sama atau bentuk lainnya di tengah masayarkat.
Ilmu sesungguhnya bukanlah dilihat dari seberapa gelar yang kita peroleh atau seberapa jabatan atau seberapa kedudukan yang kita peroleh. Ilmu tidak diukur dari  simbol atau perlambang. Ilmu tidak menjadikan seseorang sombong. Karena seperti sikap pertama dia atas dia sadar bahwa ilmunya hanya setitik dari ilmu tuhan. Di atas langit ada langit.
Ilmu menjadikan seseorang yang berilmu untuk rendah hati dan tidak hiraukan simbol dan sebutan. Yang ada padanya adalah kerendahan hati dan senantiasa mengakui kelemahan dirinya.
3.       Menyebarkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Sikap ini adalah menyadari sepenuhnya bahwa ilmu pengetahuan yang diperoleh dan dikembangkan bukanlah milik diri pribadi, ilmu adalah milik semua manusia yang ingin untuk mengetahuinya. Sikap seorang ilmuwan adalah menyebarluaskan kebenaran ilmu pengetahuan untuk kebaikan hidup dirinya, keluarganya, lingkungannya dan masyarakat yang lebih luas.
Seorang ilmuwan harus senantiasa tunduk kepada kebenaran ilmu yang diyakininya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar