Jumat, 31 Agustus 2012

Pemahaman pendidikan dalam perspektif negara di dunia


Pemahaman pendidikan dalam perspektif negara di dunia
1.       Di negara yang sedang berkembang, pendidikan dipandang sebagai suatu “process of cultural transmission” yakni untuk menyampaikan dan melestarikan kebudayaan yang telah mapan.
Wawasan pendidikan dan pengaajaran sejarah yang dianut oleh negara-negara yang baru mencapai kemerdekaan itu sangat menekankan pada bentuk sejarah nasional.
2.       Sistem pendidikan di negara yang menganut faham sosialis dan komunis, memandang pendidikan merupakan suatu “ process of cultural transformation” yaitu proses mengubah warga negara dan masyarakat menjadi tenaga kerja yang amat diperlukan dalam lapangan kerja dan industri. Pengajaran sejarah dengan demikian harus diarahkan pada penanaman pengertian tentang kebenaran prinsip “perjuangan kelas” yang mendasarkan diri pada  asas-asas “historis materialisme” atau hukum perkembangan masyarakat berdasarkan “dialektika materialisme”
3.       Sebaliknya di negara Eropa Barat dan Amerika Serikat yang menganut sistem sosial yang bersifat individualistik dan liberalistik, maka pendidikan dipandang sebagai pengembangan pribadi individu yang unik. Pendidikan dan pengajaran sejarah di sekolah, dengan demikian, harus dikembangkan untuk dua tujuan utama, yakni (a) kebanggaan nasional, dan (b) pengembangan saling pengertian antar bangsa.
4.       Meskipun Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang-sesuai dengan perkembangan pendidikan yang cukup pesat berdasarkan Pancasila, UUD45, GBHN dan UU No 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasional—pendidikan dan pengajaran sebenarnya memiliki fungsi dan tujuan sesuai dengan teori:
a.       Cultural transmission yaitu tercermin dalam keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, budi pekerti  luhur jiwa dan wawasan kebangsaan serta cinta tanah air.
b.      Cultural transformation yaitu memiliki disiplin dan rasa tanggungjawab, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan pembangunan bangsa.
c.       Individual development yaitu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman, serta mengembangkan saling pengertian antar bangsa.

Pendidikan sejarah di sekolah secara tradisional memang diarahkan pengembangan pengetahuan dan pemahaman terhadap berbagai kawasan dunia, cara berfikir kronologis, apresiasi nilai-nilai budaya, jiwa dan semangat nasionnalisme da patriotisme, serta sikap toleransi yang diarahkan kepada para siswa sebagai generasi penerus yang dibangun atas dasar pemahaman dan pewarisan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Republik Indonesia. Akan tetapi apa yang terjadi—baik proses pengembangan kemampuan berfikir kronologis yang merupakan kemampuan berfikir dasar dalam sejarah, maupu sikap toleransi yang dikembangkan—masih merupakan suatu nurturant effect. Akibatnya, kemapuan berfikir kronologis dalam arti kontinuitas dan perubahan sejarah dalam persfektif waktu (yang tidak selalu linear), maupun kemampuan menentukan rangkaian kausalitas dalam peristiwa-peristiwa sejarah, juga belum dikembangkan secara adequat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar