Sabtu, 30 Juni 2012

ASSESSMEN ALTERNATIF


A.   PENGANTAR.
Penilaian dalam pembelajara sangat penting, karena penilaian merupakan komponen dari sistem pembelajaran. Pencapaian tujuan pembelajaran diketahui melalui penilaian. Banyak metode dan model dalam penilaian. Namun secara umum mengacu kepada dua model yaitu penilaian konvensional dan penilaian alternative. Penilaian konvensional atau penilaian model lama yang telah dikenal selama ini menitikberatkan pada aspek tes tertulis (paper and pencil test). Sedangkan penilaian alternative menitikberatkan pada penilaian proses. Dalam tulisan ini akan dibahas isu berkaitan dengan asesmen alternative. Sistimatika penulisan terdiri lima bagian yaitu pertama pengantar, kedua isu kritis tentang asesmen alternative, ketiga konsep dasar (pengertian) bagian keempat pembahasan dan kelima kesimpulan.
B.   ISU KRITIS TENTANG ASESMEN ALTERNATIF
1.    Apakah Asesmen Alternatif Menghilangkan Asesmen Konvensional?
2.    Apakah Asesmen Alternatif Harus Berdasarkan Proses Evaluasi Yang Benar?
3.    Apakah Asesmen Alternatif Diharuskan Dalam Implementasinya Bagi Pendidik?

C.   KONSEP DASAR
1.  Pengertian Asesmen
Asesmen Menurut Blaustein, D. et al. dalam Sudjana (2008:45) “Asesmen adalah proses mengumpulkan informasi dan membuat keputusan berdasarkan informasi itu”. Penilaian tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah satu bidang tertentu saja, me-lainkan menyeluruh dan mencakup aspek kognitif, afektif maupun psiko-motorik. Hal ini sejalan dengan pandangan Colin (1991: 3), bahwa: "Assessment as a general term enhancing all methods customarily to ap-praise performance of individual pupil or a group. It may refer to abroad appraisal including many sources of evidence and many aspects of a pu-pil's knowledge, understanding, skill and attitudes.
Sedangkan menurut Nana Sudjana (1989:220), penilaian adalah proses untuk menentukan nilai dari suatu obyek atau peristiwa dalam suatu konteks situasi tertentu, dimana proses penentuan nilai berlangsung dalam bentuk interpretasi yang kemudian diakhiri dengan suatu "Judgment".
Penilaian tidak sama dengan pengukuran, namun keduanya tidak dapat dipisahkan, karena kedua kegiatan tersebut saling berhubungan erat. Untuk dapat mengadakan penilaian perlu melakukan pengukuran terlebih dahulu (Suharsimi Arikunto, 1991: 1). Pengukuran dapat diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang didasarkan pada aturan atau formulasi yang jelas (Asmawi Zainul, 1992: 13). Dari hasil pengukuran akan diperoleh skor yang menggambarkan tingkat keberhasilan belajar siswa berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Lebih lanjut, berikut adalah penjelasan dari buku Penilaian Kelas pada Kurikulum 2004 tentang beberapa istilah yang sering terkait dengan penilaian (Depdiknas, 2004:11-12). "Banyak orang mencampuradukkan pengertian antara evaluasi, pengukuran (measurement), tes, dan penilaian (assessment), padahal keempatnya memiliki pengertian yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang siswa. Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas."
Penilaian berdasarkan kepada patokan atau kriteria yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
2.    Pengertian asesmen Alternatif
              Asesmen alternatif diartikan sebagai pemanfaatan pendekatan non-tradisional untuk mengakses kinerja atau hasil belajar peserta didik.
Adapun yang dimaksud dengan asesmen alternatif (alternative assessment) adalah segala jenis bentuk asesmen diluar asesmen konvensional (selected respon test dan paper-pencil test) yang lebih autentik dan signifikan mengungkap secara langsung proses dan hasil belajar siswa. Herman (1997) memberikan semboyan khusus bagi asesmen alternatif dengan ungkapan "What You Get is What You Assess" (WYGWYA). Dalam beberapa literatur, asesmen alternatif ini kadang-kadang disebut juga asesmen autentik (authentic assessment), asesmen portofolio (portfolio assessment) atau asesmen kinerja (performance assessment).
D.   PEMBAHASAN
1.    Apakah Asesmen Alternative Menghilangkan Asesmen Konvensional? Jawabannya adalah tidak sama sekali.
Alasannya adalah:
a.    Asesmen Alternatif Melengkapi Asesmen Konvensional
Asesmen alternatif tidak menghilangkan asesmen dengan metode paper and pencil test, tetapi merupakan bentuk asesmen lain yang dapat mengukur kemampuan peserta didik yang tidak dapat dijangkau dengan penilaian konvensional. Asesmen alternatif diartikan sebagai pemanfaatan pendekatan non-tradisional untuk mengakses kinerja atau hasil belajar peserta didik. Ada kalanya asesmen alternatif juga dapat disebut dengan asesmen otentik atau asesmen kinerja Berdasarkan hubungan antar unsure dalam penilaian, asesmen alternatif merupakan bagian dari instrument pengukuran. (lihat hand out Isu Kritis dalam penelitian dan Evaluasi Pendidikan).
objek
Pengukuran
Data
Analisa
Instrumen
KEPUTUSAN
Tindak Lanjut
 







Dalam mengumpulkan informasi pendidik biasanya menggunakan paper and pencil test atau disebut dengan asesmen formal atau asesmen konvensional. Disebut demikian karena metode inilah yang biasa digunakan oleh guru. Metode paper and pencil test hanya dapat mengukur kemampuan kognitif peserta didik namun belum dapat mengukur hasil belajar peserta didik secara holistic.
Tes tertulis (paper and pencil test) yang sudah biasa dilakukan oleh guru ini tidak mampu mengukur kemampuan hasil belaja peserta didik secara keseluruhan dengan kata lain tes ini hanya mampu mengukur kemampuan kognitif peserta didik saja sehingga tidak dapat menilai secara holistik atau menyeluruh.
Dengan kata lain, asesmen alternatif tidak menghilangkan peran dari asesmen tradisional tetapi sebagai suplemen atau pelengkap sehingga kemampuan hasil belajar peserta didik dapat dideskripsikan secara holistik.
Table 1. Perbandingan asesmen alternatif dengan konvensional
Asesmen Alternatif
Tes Konvensional
o   Mementingkan kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuannya menjadi unjuk kerja yang dapat diamati atau produk yang dihasilkan
o   Membutuhkan waktu yang banyak untuk membuat dan melaksanakan tetapi menghasilkan format penilaian yang dapat digunakan berulang-ulang pada siswa yang sama atau siswa baru
o   Memungkinkan untuk mendiagnosis dan meremidiasi kinerja siswa dan memetakan kemajuan siswa sepanjang waktu
o   Memfokuskan pembelajaran pada unjuk kerja siswa
1.    Lebih mengutamakan pemahaman konsep siswa


2.  Membutuhkan waktu yang banyak untuk pelaksanaannya lebih cepat dan dapat digunakan untuk siswa dengan jumlah banyak secara serentak, tetapi digunakan hanya sekali untuk sekelompok siswa
3.  Memungkinkan untuk mendiagnosis dan meremidiasi kinerja siswa tetapi hanya untuk soal uraian terbuka (open ended)
4.  Memfokuskan pembelajaran pada materi pelajaran

Berdasarkan table di atas, maka dipahami bahwa asesmen alternatif dan asesmen konvensional saling melengkapi sesuai dengan tujuan dari peniliaian yang hendak dilakukan.
b.    Penilaian meliputi kompetensi yang luas dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Di samping itu, Pelaksanaan Kurikulum yang berbasis kompetensi menghendaki adanya perubahan kegiatan pembelajaran di kelas, baik dalam cara guru mengajar maupun dalam melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. Dengan penekanan pada penguasaan kompetensi, maka jenis penilaian juga harus disesuaikan dengan kekhasan masing-masing kompetensi. Bentuk penilaian yang sama (model pilihan ganda) untuk menilai semua mata pelajaran yang selama ini digunakan oleh guru tidak bisa digunakan untuk menilai kompetensi yang beragam. Penilaian kelas merupakan salah satu pilar dalam kurikulum berbasis kompetensi. Penilaian kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar siswa berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret/profil kemampuan siswa sesuai dengan daftar kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian kelas dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar-mengajar dilakukan baik dalam suasana formal maupun informal, di dalam kelas, di luar kelas, terintegrasi dalam kegiatan belajar-mengajar atau dilakukan pada waktu yang khusus. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti tes tertulis (paper and pencil test), penilaian hasil kerja siswa melalui kumpulan hasil kerja (karya) siswa (portofolio), penilaian produk 3 dimensi, dan penilaian, unjuk kerja (performance) siswa. Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa.
Bagan Struktur pembelajaran

EVALUASI
PROSEDUR PEMBELAJARAN
TUJUAN PENGAJARAN
ENTERING BEHAVIOUR
 




   BALIKAN
Sumber: handout Prof.Dr. Imam Soedikun

2.    Apakah Asesmen Alternatif Harus Berdasarkan Proses Dan Prosedur  Evaluasi Yang Benar?
Jawabannya Adalah Ya. Asesmen Alternatif Adalah Instrumen Ukur Non Tes  Dari Evaluasi Yang Harus Sesuai Dengan Proses Dan Prosedur Evaluasi
Meta Evaluasi
Berdasarkan bagan proses meta evaluasi,
Perancangan (design) evaluasi
Penentuan tujuan evaluasi
Pengumpulan data
Pengembangan instrument evaluasi
Analisis dan interpretasi data
Tindak lanjut
Mengapa evaluasi ini dilakukan
·   Pendekatan model evaluasi apa yang akan dipakai
·   Siapa yang menjadi evaluator
·   Jadwal evaluasi
·   Teknik & instrument pengumpulan data
·   Anggaran
·   Kesesuaian instrument dengan jenis data yang dicari
·   Perlu uji coba instrumen
·   Sifat data kuantitatif?kualitatif?
·   Data sudah tersedia tertulis?
·   Siapa respondennya?
·   Dimana data tersedia?
·   Kapan pengumpulan data dilakukan?
·   Proses data secara manual atau computer?
·   Siapa yang membaca dan menafsirkan hasil evaluasi?
·   Hasil evaluasi ini untuk apa?
·   Apakah hasil evaluasi sudah objektif dan absah?
 





















Sumber: hand out Prof.Dr. Imam Sodikoen
            Dari bagan meta evaluasi di atas, dipahami bahwa proses penilaian di awali oleh penentuan tujuan evaluasi dan diakhiri dengan tindak lanjut. Proses evaluasi merupakan proses yang terintegrasi dan harus menyesuaikan antar komponen.
            Secara prinsip dapat dipahami bahwa penggunaan jenis asesmen bergantung kepada objek apa yang hendak dinilai, data yang bagaimana hendak dikumpulkan, tindak lanjutnya bagaimana dan seterusnya. Kesesuaian ini  merupakan hubungan antar unsure dalam penilaian. Asesmen alternatif adalah bagian dari instrument ukur yang harus memiliki kesesuaian secara prosedur dan proses evaluasi.
            Asesmen alternatif merupakan instrument ukur non tes untuk mengukur kemampuan afektif dan psikomotor dari peserta didik.
           
3.    Apakah Pendidik/Guru Harus Menggunakan Asesmen Alternatif? Jawabannya Adalah Ya. Alasannya;
Apabila perubahan kurikulum di Indonesia ditelaah lebih jauh, maka dapat dipahami perubahan tersebut tidak hanya dipandang sekedar penyesuaian substansi materi dan format kurikulum dengan tuntutan perkembangan zaman, tetapi juga pergeseran paradigma. Selanjutnya implikasi dari diterapkannya standar kompetensi adalah proses asesmen yang dilakukan oleh guru baik yang bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan kriteria. Dengan demikian dalam melakukan asesmen guru memerlukan instrumen selain paper and pencil test, artinya diperlukan asesmen yang lain atau alternatif.
Kenyataan di lapangan bahwa banyak guru yang masih menggunakan asesmen tradisional daripada asesmen alternatif. Tes sering dijadikan sebagai satu-satunya alat pengambil keputusan tentang siswa pada pembelajaran. Padahal seluruh hasil belajar tidak dapat dinilai hanya menggunakan tes saja. Tes tradisional (objective test) tidak dapat digunakan untuk menilai penalaran ilmiah yang mendalam.
Secara umum Alasannya pendidik kurang menggunakan asesmen alternatif adalah pengkonstruksiannya sulit dan waktu penskorannya juga memakan waktu yang cukup lama. Namun demikian, asesmen alternatif harus ditegakkan [walaupun tidak mudah]. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP yang lebih menitikberatkan pada pengembangan kompetensi anak didik, mulai dari learning to know sampai dengan learning to live together, seperti yang telah diungkapkan oleh UNESCO.

E.    KESIMPULAN.
1.  Asesmen Alternatif tidak menghilangkan asesmen konvensional dengan alasan; A. asesmen alternatif meleengkapi asesmen konvensional. B. penilaian meliputi kompetensi dari aspek kognitif,afektif dan psikomotor,
2.  Asesmen Alternatif harus berdasarkan pada proses evaluasi yang benar
3.  Asesmen Alternatif menjadi keharusan bagi pendidik.
Rujukan
Asmawi, Z. dan Nasution, N. (1994). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Imam Soedikun, Handout Isu Kritis Dalam Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan

1 komentar:

  1. Kepada Yth.
    CEO / PEMILIK PERUSAHAAN / HRD / SDM / KEPEGAWAIAN
    Semangat Pagi !!!
    Disini kami bisa membantu Perusahaan Instansi Bapak Ibu untuk
    MEMETAKAN, MENGANALISA, MEMBEDAH, MENYINGKAP & MENGUNGKAP tabir Rahasia POTENSI dan KARAKTER dalam hal KOMPETENSI PEKERJAAN setiap karyawan dan pegawai secara DETAIL, CEPAT & AKURAT. Sehingga karyawan dapat bekerja sesuai dengan PASSION nya wal hasil akan maksimal dalam bekerja dibidangnya (on The Right Man On The Right Job).
    Untuk selengkapnya silahkan hubungi kami di HP 0813 98 515657, 0858 90 333459, 0817 91 85625 atau buka di website kami www.gfast.id
    Salam
    Tim Gfast Indonesia

    BalasHapus